Dalam pergaulan sehari-hari kita terkadang menemukan orang yang perilakunya kurang baik, terhadap manusia atau bahkan terhadap Allah Ta’ala. Terhadap manusia ketika bermuamalah, dia selalu memberi mudharat baik dengan ucapan maupun perbuatannya. Terhadap Allah Ta’alapun demikian buruk muamaalahnya, tidak melaksanakan perintah dan menjauhi apa yang dilarangNya.

Orang yang akhlaknya baik, mencerminkan baiknya kondisi hatinya. Begitu juga sebaliknya, orang yang akhlaknya buruk mencerminkan buruknya kondisi hatinya. Dari sini kita lihat betapa pentingnya hati untuk dijaga, betapa mendesaknya kondisi hati untuk selalu diberi perhatian khusus lebih dari pada yang lainnya.

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengisyaratkan “bahwa baiknya amalan badan seseorang dan kemampuannya untuk menjauhi keharaman, juga meninggalkan perkara syubhat (yang masih samar hukumnya,-pen), itu semua tergantung pada baiknya hati”(Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 210).

Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599). 

Jelas sekali bahwa hati adalah poros utama yang memberi pengaruh terhadap perilaku seseorang, raja bagi anggota badan yang lainnya. Menjadi penting bagi orang-orang yang beriman untuk senantiasa menjaga hatinya agar tetap sehat. Orang yang memiliki hati yang sehat dia kan selamat dunia akhirat.

Orang yang hatinya sehat dia akan selalu menjaga perilakunya dari perkara yang merugikan orang lain, demikian juga menjaga muamalahnya dengan Allah Ta’ala. Hati yang sehat menjadi modal dasar seseorang ketika mengharapkan perjumpaan dengan Allah Ta’ala di akhirat nanti.

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَّلَا بَنُوْنَ  ؕ اِلَّا مَنْ اَتَى اللّٰهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ

“Yaitu di hari harta dan anak-anak lakilaki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” (As Syu’ara : 88-89).

Hati yang sehat dia menjaga dirinya dari fitnah syahwat dan fitnah syubhat serta mengikhlaskan dirinya ketika beramal. Berharap hanya kepada Allah Ta’ala saja, tidak membuat-tandingan dalam beribadah, atau tidak mengarahkan tujuan ibadahnya kepada selain Allah Ta’ala, berdoa, istighosah, isti’anah dan lain-lain.

Adapun orang yang hatinya mati dalam kesehariannya tidak memperdulikan halal dan haram, baik atau buruk, selalu memperturutkan hawa nafsunya. Kepada orang lain selalu berbuat dzalim, dengan Allah Ta’ala selalu melanggar perintahNya, bahkan sampai berani berbuat syirik, padahal dosa syirik adalah perkara yang paling dimurkai allah Ta’ala.

Berbahagialah mukmin yang senantiasa menjaga hatinya agar tetap sehat sehingga dia dicintai banyak orang dan juga dimuliakan Allah Ta’ala. Semoga kita semua senantiasa diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala sebab Dialah yang membolak-balikkan hati manusia.
———————
Referensi:
1.Tazkiyatun Nafs, DR. Ahmad Farid
2. https://rumaysho.com/3028-jika-hatibaik.htm

Indra Kurniawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *