Beberapa hari lalu kita telah melalui pergantian tahun baru 2021. Namun malam pergantian tahun baru saat itu berbeda dengan malam-malam tahun baru yang telah lalu. Tidak ada pesta kembang api, sangat minim hura hura dan bahkan dianjurkan untuk semua orang tetap di rumah dan menghindari kerumunan.
Padahal biasanya, malam pergantian tahun baru menjadi saat yang ditunggu untuk melakukan pesta hura hura dengan menghambur-hamburkan harta yang mengarah pada kemaksiatan yang dilakukan oleh banyak orang. Ketika dianjurkan untuk tidak melaksanakan pesta glamour dan hura hura, selalu anjuran ini tidak dihiraukan.
Malam pergantian tahun baru 2021, menjadi momen yang mengherankan sekaligus mencengangkan. Pesta kembang api hampir tidak ada. Hal itu tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.
Covid-19, telah menjadi komandan dalam kehidupan manusia. Anjuran untuk pencegahan penyebarannya selalu didengungkan dan hampir setiap orang menjadi pengontrol atas pelaksanaan anjuran itu.
Meskipun demikian, kasus yang terpapar selalu meningkat bahkan cenderung melonjak. Hingga tanggal 30 Januari 2021, kasus Covid-19 tembus 1 juta kasus. Dalam pandangan islam, Covid-19 menjadi salah satu ujian yang Allah SWT berikan kepada manusia. Wabah ini bisa bermakna adzab namun juga bias bermakna ujian. Adzab bagi orang orang yang tidak percaya kepada Allah dan RasulNya dan bermakna ujian bagi orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya.
Bagi seorang muslim, setiap ujian pastinya selalu dikaitkan dengan kekusaan Allah SWT, sebab apapun yang ada di dunia dan jagad raya ini semua terjadi atas kehendak dan ketentuan Allah. Kita pun harus menyakini bahwa semua makhluk dan apapun senantiasa tunduk dan patuh kepada perintah dan ketentuan Allah. Pola pikir seperti itu telah diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabat saat terjadi gempa.
Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah, belum datang saatnya bagimu.” Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian, maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian).”
Umar bin Khattab RA mengingat kejadian itu. Ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, “Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”
Seorang dengan ketajaman mata bashirah seperti Umar bin Khattab bisa merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.
Umar pun mengingatkan kaum muslimin agar menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika terjadi gempa kembali. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasaNya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayatNya.
Logika langit seperti inilah yang seharusnya ditumbuhkan pada diri setiap muslim sehingga ketika ujian dalam bentuk apapun datang, ia akan selalu bermuhasabah hingga memotivasi dirinya untuk meningkatkan kedekatannya kepada Allah dan berusaha maksimal menjauhi dosa-dosa serta segera istighfar atas segala kesalahan.
Semua Keadan Baik bagi Orang
Islam Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Imam Al-Munawi berkata dalam Faidhul Qadir, “Keadaan seorang mukmin semuanya itu baik. Hanya didapati hal ini pada seorang mukmin. Seperti itu tidak ditemukan pada orang kafir maupun munafik. Keajaibannya adalah ketika ia diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta dan kedudukan, maka ia bersyukur pada Allah atas karunia tersebut. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersyukur. Ketika ia ditimpa musibah, ia bersabar. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersabar.
Karenanya, munculnya pandemi Covid19 harusnya menjadikan umat Islam semakin mendekatkan diri kepada Allah
bukan justru ketakutan yang berlebihan hingga kewajiban kepada Allah tidak ditunaikan sebagaimana mestinya. Kalau kita cermati banyak pelajaran yang bisa diambil dari pandemi ini. Beberapa contoh diantaranya, kita menjadi terbiasa menyaksikan penyegeraan pemakaman jenazah yang merupakan sunnah yang sebelumnya jarang dilakukan. Selain itu tidak adanya kumpul kumpul di rumah orang yang meninggal, di mana hal itu sering terjadi sebelum pandemi.
Januari ini adalah momen yang sangat baik untuk segera berbenah diri menuju Allah di saat pandemi semakin menjadi jadi. Semoga Allah selalu menjaga dan melindungi kita dari berbagai marabahaya.
Wallahu a’lam bishshowwab.
Edris Ernawan